Dalam mempelajari MSDM ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu :
1. pendekatan mekanis,
2. pendekatan paternalis, dan
3. pendekatan sistem sosial
Ketiga macam metode pendekatan ini sama-sama mempunyai kebaikan dan kelemahan. Dalam pendekatannya, seorang manajer harus dapat menerapkan secara efektif dan selektifmetode pendekatan mana yang paling tepat dalam mengatasi masalh yang dihadapinya. Pendekatan mana yang paling efektif tergantung kepada situasi dan keadaan yang dihadapi manjer. Sejarah pendekatan masa lau kita pergunakan sebagai cermin yang akan diimplementasikan kepada masa yang akan daytang.
1. Pendekatan Mekanis
Mekanisasi (otomatisasi) adalah mengganti peranan tenaga kerja manusia dengan tenaga mesin untuk melakukan pekerjaan. Penggantian ini didasarkan kepada pertimbangan ekonomis, kemanusiaan, efetivitas, dan kemampuan yang lebih besar dan lebih baik.
Pendekatan mekanis ini menitik beratkan analisisnya kepada spesialisasi, efektivitas, standardisasi, dan memperlakukan keryawan sama dengan mesin. Spesialisasi semakin mendalam dan pembagian kerja semakin mendetail sebagai akibat perkembangan perusahaan dan kemajuan teknologi canggih. Dalam hal ini seorang pekerja hanya mengerjakan satu jenis pekerjaan saja.
Keuntungaan spesialisasi ini, pekerja semakin terampil dan efektivitas semakin besar. Kelemahannya, pekerjaan membosankan para pekerja, mematikan kreativitas, dan kebanggaan mereka dalam bekerja semakin berkurang.
Standardisasi diterpkan sehingga terjadi pemimdahan pekerjaan dari manusia kepada mesin antara komponen yang satu dengan yang lain dapat saling dipertukarkan serta spesialisasi mesin-mesin, peralatan, tata letak, dan pabrik pada umumnya.
Standardisasi diterapkan cukup mendalam dan jika ada suku cadang mesin yang rusak dapat diganti serta penggantian ini dapat dikuasai sepenuhnya. Misalnya, busi kotor, spesialisasinya hanya untuk menyambung api dan telah distandardisasi. Jika busu tersebut rusak maka dapat diganti dengan busi yang baru dan tidak menimbulkan masalah karena dapat dikuasai sepenuhnya.
Praktek semacam penggantian busi tadi tidak dapat diterapkan kepada karyawan karena tidak dapat dikuasai sepenuhnya, sebab karyawan itu mempunyai pikiran, perasaan, cita-cita, harga diri, dan sebagainya.
Manajer tidak dapat seenaknya saja memeberhentikan seorang karyawan dan menggantinya dengan karyawan baru (seperti mengganti suku cadang mesin), sebab pemberhentian (PHK) telah diatur dalam undang-undang perburuhan. Misalnya, Peraturan Menaker No. 04/1986 yang mengatur tata cara PHK dan penetapan uang pesangon jasa dan ganti kerugian; PHK adalah legal menurut undang-undang No. 22 /1957.
Pendekatan mekanis ini akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah berikut.
a. pengangguran teknologis.
b. Keamanan Ekonomis.
c. Organisasi buruh.
d. Kebanggaan dalam pekerjaan.
a. Pengangguran teknologis.
Mekanisasi berarti bahwa pekerjaan yang dilaksanakan dengan metode padat karya (labor intensive) menjadi metode utama modal (capital intensive). Penggantian metode kerja ini akan mengakibatkan banyak pekerja yang kehilangan pekerjaannya, sebab tenaga satu mesin dapat mengganti pekerjaan dari banyak orang.
Misalnya, menghitung bunga kredit Rekening Koran secara manual dilakukan oleh 10 orang pekerja, pekerjaan ini akan dapat dilakukan hanya dengan satu komputer dengan hasil lebih baik dan lebih cepat, sedang komputer tadi operatornya hanya satu orang saja. Jadi, akan menimbulkan 9 orang penganggur dan penganggur inilah yang disebut penganggur teknologis.
Modernisasi ini janganlah terlalu ditakuti, karena secara makro ekonomis pendapatan nasional semakin besar yang berarti semakin banyak proyek yang akan dibuka dan lapangan kerja juga akan semakin banyak.
b. Keamanan Ekonomis
Keamanan ekonomis dimaksudkan ketika seseorang karyawan takut di-PHK, sehingga dia kehilangan pekerjaan yang mengakibatkan kehilangan pendapatannya. Ketidakpastian pekerjaan karena mekanisasi, apalagi usia dan tanggungannya yang semakin berat maka perasaan semakin tidak aman dalam arti ekonomi. Jelasnya keamanan ekonomis ini selalu menghantui perasaan kurang aman, takut di-PHK akibat dari mekanisasi ini.
c. Organisasi Buruh
Pengangguran teknologi, keamanan ekonomis dan politis mendorong terbentuknya organisasi buruh atau serikat-serikat buruh. Organisasi buruh ini mulanya terbentuk dalam setiap perusahaan, tetapi kemudian berkembanglah organisasi buruh nasional dan internasional.
Organisasi buruh ini berkembang dan semakin kuat dengan tujuan utama melindungi kepentingan buruh dari perlakuan yang sewenang-wenang oleh majikan atau manajer serta ditunggangi oleh unsur-unsur politis dari golongan-golongan tertentu.
Organisasi buruh yang kuat akan menyulitkan pimpinan perusahaan untuk menetapkan berbagai kebijaksanaanya, bahkan sering pimpinan organisasi buruh harus diikutsertakan dalam penetapan kebijaksanaan yang akan diambil. Misalnya, manajer tidak dapat sewenang-wenang memecat buruh, lamanya jam kerja, uang lembur, dan lain-lain.
Reaksi manajer atau majikan untuk mrnghadapi organisasi buruh, antara lain sebagai berikut.
1. Menolak mempekerjakan mereka yang menjadi anggota serikat organisasi buruh.
2. Membuat daftar hitam (black list) mengenai orang-orang yang telah masuk organisasi buruh dan daftar ini diedarkan kepada perusahaan-perusahaan lain.
3. Memasukkan unsur politik sebagai alasan penolakan pembentukan organisasi buruh di perusahaan.
d. Kebanggaan dalam Pekerjaan
Dengan pembagian kerja yang berdasarkan spesialisasi secara mendetail maka setiap buruh hanya mengerjakan semacam pekerjaan saja. Hal ini akan meningkatkan keterampilannya, tetapi di sisi lain pekerjaan menjadi membosankan, dan kebanggaan terhadap pekerjaan semakin rendah, sebab hasil akhir dari pekerjaan itu dirasa kurang berarti.
Misalnya, Elvijn May yang bekerja di Indutri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang hanya mengerjakan satu macam sekrup dari kapal terbang. Dia kurang bangga terhadap pekerjaan karena tidak bisa melihat hasil akhir dan tidak dapat berkata bahwa itulah kapal terbang yang saya kerjakan. Sebaliknya kebanggaan terhadap pekerjaan semakin besar apabila sejak mendesain, mengerjakan, sampai hasil akhir dilakukan sendiri.
Pendekatan mekanis banyak menimbulkan masalah di samping mendatangkan keuntungan. Untuk mengatasi akibat yang timbul, para manajer harus melakukan pendekatan paternalis.
2. Pendekatan Paternalis
Pada pendekatan paternalis (paternalistic approach), manajer untuk pengarahan bawahannya bertindak seperti bapak terhadap anak-anaknya. Para bawahan diperlakukan dengan baik, fasilitas-fasilits diberikan, bawahan dianggap sebagai anak-anaknya. Misalnya diberikan pinjaman uang serta didirikan toko sehingga karyawan dapat membeli keperluannya secara kredit.
Tegasnya karyawan dianggap serta diperlakukan oleh manajer sebagai anak-anaknya saja. Pendekatan ini mengakibatkan karyawan menjadi manja, malas sehingga produktivitas kerjanya turun. Akhirnya laba berkurang bahkan perusahaan bisa rugi dan kelangsungan hidupnya terancam. Hal ini mendorong timbulnya pendekatan sistem sosial.
3. Pendekatan Sistem Sosial
Pendekatan sisitem sosial ini memandang bahwa organisasi/perusahaan adalah suatu sistem yang kompleks yang beroperasi dalam lingkungan yang kompleks yang bisa disebut sebagai sistem yang ada di luar.
Manajer mengakui dan menyadari baha tujuan organisasi/perusahaan baru akan tercapai jika terbina kerja sama yang hamonis antara sesama karyawan, bawahan dengan atasan, serta terjadi interaksi yang baik di antara semua karyawan. Pemikiran ini didasarkan pada adanya saling ketergantungan, interaksi, dan keterkaitan di antara sesama karyawan.
Setiap Karyawan betapapun rendah kedudukannya dan kecil jasanya harus tetap mendapat penghargaan yang baik agar tujuan perusahaan tercapai. karena pada hakikatnya ego manusia selalu menganggap dirinya adalah penting.
Sistem adalah suatu proses yang terdiri dari berbagai unsur atau komponen yang satu sama lain saling berkaitan secara struktural dan fungsional. saling menunjang dan mengisi, sesuai dengan peran dan kedudukan masing-masing namun keseluruhannya secara mutlak didukung oleh setiap komponen, betapapun kecil nilainya.
Jadi setiap sistem mengandung masukan (input), proses, keluaran (output), dan merupakan sebuah kesatuan yang bekerja sendiri.
Akan tetapi, setiap sistem senantiasa berkaitan, baik dengan sebuah sistem yang lebih luas dan lebih tinggi tingkatnya, maupun dengan subsistem-subsistemnya sendiri yang mewakili integrasi berbagai sistem dari tingkat yang lebih rendah. organisasi/perusahaan akan tumbuh dan berkembang jika sistem sosial terintegrasi dalam suatu sistem yang harmonis serta berinteraksi dengan baik. sistem sosial yang dimaksud adalah satuan sistem internal maupun sistem eksternal (serikat buruh, pemerintah, dan berbagai kelompok masyarakat).
Jelasnya, pendekatan sistem sosial ini mengutamakan kepada hubungan harmonis, interaksi yang baik, saling menghargai, saling membutuhkan, dan saling mengisi sehingga terdapat suatu total sistem yang baik.
Untuk mencapai tujuan yang baik, hendaknya manajer menyadari bahwa dia membutuhkan bantuan, loyalitas, dan partisipasi dari karyawan (bawahannya).